Menulis Artikel Scopus untuk Tunjangan LK/Profesor

0
327

Harianjateng.com- Beragam. Ya, beragam alasan seorang menulis artikel di jurnal terindeks Scopus. Bisa jadi karena memang ada dorongan motivasi, syarat, hobi, tujuan, tuntutan, bahkan tunjangan profesi dalam menulis artikel di jurnal terindeks Scopus. Namun bagi dosen yang jabatan fungsionalnya Lektor Kepala (LK) atau profesor (guru besar) dituntut menulis artikel yang diterbitkan di jurnal internasional terindeks Scopus sebagai syarat laporan Beban Kinerja Dosen (BKD) setiap semester/tahunnya.

 

Menulis artikel Scopus memiliki dampak signifikan bagi LK/profesor dalam dunia akademis. Artikel yang terindeks di Scopus tidak hanya meningkatkan reputasi akademis individu, tetapi juga memberikan kontribusi positif pada lembaga tempat mereka bekerja. Namun, pertanyaannya, mengapa masih banyak LK/profesor hanya sekadar menulis artikel ilmiah di jurnal Scopus untuk mendapatkan tunjangan saja? Ya manusiawi sebenarnya. Sebab, LK dan profesor juga manusia.

 

Sebenarnya, tunjangan LK/profesor diatur di dalam Permendikbudristek Nomor 20 Tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor. Dalam regulasi itu memang tidak dirinci jumlahnya, justru yang dirinci ada pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 65 Tahun 2007 tentang Tunjangan Dosen, rektor dengan jabatan guru besar akan mendapatkan tunjangan sebesar Rp 5.500.000, sedangkan lektor kepala sebesar Rp 5.050.000. Lalu, apakah menulis artikel di Scopus hanya sekadar untuk tunjangan?

 

Hanya untuk Tunjangan?

Sebenarnya, menulis di jurnal terindeks Scopus tidak sekadar memenuhi syarat administratif mendapatkan tunjangan dari pemerintah/lembaga. Lebih dari itu, sebenarnya ada hal yang lebih “berharga” dan substansial menurut saya ketika seorang LK/profesor menulis artikel di jurnal Scopus. Pertama, reputasi dan pengakuan global. Artikel yang terindeks di Scopus memberikan pengakuan internasional pada penelitian dan kontribusi ilmiah seorang profesor. Hal ini meningkatkan reputasi individu di dunia akademis dan membuat mereka lebih diakui secara global.

 

Kedua, peningkatan sitasi. Publikasi di Scopus memberikan akses ke jaringan peneliti internasional dan meningkatkan peluang untuk dikutip oleh peneliti dari berbagai belahan dunia. Citations yang tinggi tidak hanya mencerminkan kualitas penelitian, tetapi juga dapat membuka pintu untuk kolaborasi lebih lanjut. Ketiga, peningkatkan rangking institusi. Keterlibatan profesor dalam penulisan artikel Scopus juga memberikan kontribusi pada peringkat institusi tempat mereka bekerja. Institut yang memiliki lebih banyak publikasi terindeks Scopus cenderung mendapatkan perhatian lebih besar dari komunitas akademis dan industri.

 

Keempat, akses ke dana riset dan projek kolaboratif. Pemeringkatan Scopus dapat membantu profesor mendapatkan akses lebih mudah ke dana riset dan peluang kolaborasi dengan peneliti dari berbagai disiplin ilmu. Lembaga dan organisasi seringkali lebih tertarik mendukung proyek-proyek yang dapat memberikan dampak besar dalam literatur ilmiah. Kelima, peningkatan mutu pembelajaran. Menulis artikel Scopus juga dapat memberikan manfaat pada pengajaran. Penelitian terkini dan relevan yang dipublikasikan dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum, memberikan mahasiswa akses ke pengetahuan terbaru dan relevan.

Keenam, mendorong inovasi. Proses penulisan artikel Scopus memotivasi profesor untuk terus melakukan penelitian inovatif. Hal ini menciptakan siklus positif di mana peningkatan kualitas penelitian merangsang lebih banyak kolaborasi dan peluang riset. Ketujuh, peningkatan profil kolaboratif. Artikel Scopus memfasilitasi jaringan kolaboratif dengan peneliti lain di bidang yang sama atau terkait. Hal ini memperluas peluang untuk pertukaran ide dan pengembangan proyek bersama, meningkatkan dampak penelitian secara keseluruhan.

Manfaat Lain

Menulis artikel yang dipublikasikan di jurnal yang terindeks Scopus bukan hanya untuk mendapatkan tunjangan, meskipun bagi beberapa peneliti, tunjangan atau pengakuan institusional dapat menjadi salah satu faktor motivasi. Namun, ada beberapa alasan lain yang mendorong peneliti untuk menulis artikel yang terindeks Scopus. Pertama, kontribusi pada pengetahuan akademik. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal-jurnal terindeks Scopus berpotensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan pada pengetahuan dalam bidang ilmu tertentu. Dengan mempublikasikan hasil penelitian mereka, penulis dapat berbagi temuan baru, metode, atau teori yang dapat digunakan oleh komunitas ilmiah untuk memperluas pemahaman tentang topik tersebut.

Kedua, reputasi akademik seorang LK/profesor. Sebab, sangat lucu ketika ada orang lain bilang “masak dosen, profesor tidak punya artikel Scopu”. Tentu, publikasi dalam jurnal-jurnal yang terindeks Scopus dapat meningkatkan reputasi akademik seorang peneliti. Artikel yang dipublikasikan di jurnal-jurnal ternama dapat menjadi pendorong karier, membuka pintu bagi peluang kolaborasi, dan meningkatkan visibilitas dalam komunitas akademik.

Ketiga, rekognisi internasional. Jurnal-jurnal yang terindeks Scopus memiliki jangkauan internasional yang luas. Oleh karena itu, publikasi di jurnal-jurnal ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pengakuan dari rekan-rekan sejawat di seluruh dunia. Ini dapat membantu memperluas jaringan profesional dan memperkuat kolaborasi lintas-batas.

Keempat, pemenuhan persyaratan institusional. Beberapa institusi penelitian atau perguruan tinggi menetapkan standar atau persyaratan tertentu terkait publikasi dalam jurnal-jurnal yang terindeks Scopus sebagai bagian dari evaluasi kinerja atau promosi. Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratan institusional ini, peneliti mungkin perlu mempublikasikan artikel dalam jurnal-jurnal tersebut.

Kelima, dukungan untuk riset selanjutnya.Publikasi dalam jurnal-jurnal terindeks Scopus memberikan legitimasi ilmiah pada penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hal ini dapat membantu mendukung pengajuan dana penelitian baru, mendapatkan sponsor, atau mendapatkan dukungan lainnya untuk penelitian selanjutnya.

Meskipun tunjangan atau pengakuan institusional dapat menjadi faktor motivasi bagi sebagian peneliti, banyak alasan lain yang mendorong penulisan artikel dalam jurnal-jurnal terindeks Scopus. Ini mencerminkan komitmen peneliti untuk berkontribusi pada pengetahuan ilmiah, memperluas pemahaman dalam bidang mereka, dan membangun reputasi akademik yang kuat.

Dengan demikian, menulis artikel Scopus bukan hanya tentang pencapaian individu, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan ilmiah secara global dan meningkatkan eksistensi lembaga akademis tempat profesor tersebut berkarya. Begitu!

-Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., dosen dan Wakil Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung, reviewer pada 18 Jurnal Internasional Terindeks Scopus, reviewer pada 9 jurnal internasional, editor dan reviewer pada 25 jurnal nasional.

Oleh : Hamidulloh Ibda