HMI Tumbuh dari Kesadaran dan Kesederhanaan

0
252
Abdurrohman Wahid, Ketua Umum HMI Cabang Tegal 2024-2025

Dalam sebuah kesempatan, Menko Pemberdayaan Masyarakat sekaligus tokoh senior PMII, Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin melontarkan candaan yang memicu reaksi beragam.

“Nggak ada PMII yang tidak tumbuh dari bawah, kalua ada yang nggak tumbuh dari bawah, itu bukan PMII, pasti itu HMI.” Pernyataan itu langsung mengundang gelak tawa sebagian audiens, tetapi juga mengundang perdebatan di ruang public, terutama di kalangan aktivis mahasiswa.

Cak Imin terkenal dengan guyonannya yang khas, tentu bukan sesuatu yang baru. Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini dikenal dengan gaya komunikasinya yang santai, kultural, dan sering menyisipkan candaan dalam momen serius. Namun, di balik candaan mengenai pernyataan di atas public bertanya-tanya : apakah ini sekedar lelucon politis atau sindiran yang menyiratkan ketegangan identitas antara dua organisasi besar. PMII dan HMI?

Mengingat aktivis HMI di Kabinet Merah Putih ini sangat banyak bahkan bisa dibilang mayoritas daripada aktivis organisasi lain. Dalam konteksnya, perlu melihat latar belakang Cak Imin sebagai mantan Ketua Umum Pengurus Besar PMII.

Bisa jadi guyonan itu adalah sebuah sindiran dari Cak Imin karena Aktivis HMI yang mendominasi Kabinet Merah Putih. Ketika Cak Imin menyebut bahwa “tidak ada PMII yang tidak tumbuh dari bawah, kalau ada yang tidak tumbuh dari bawah itu pasti HMI” memberi kesan bahwa HMI diidentikan dengan kaderisasi instan atau elitis.

Pernyataan tersebut juga menimbulkan kesan bahwa pertumbuhan kader ditentukan oleh jalur formal semata, padahal banyak kader HMI yang justru berproses panjang dari bawah, mengabdi di Komisariat, Cabang, Badko hingga Pengurus Besar.

Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apakah pernyataan itu bijak dilontarkan seorang pejabat publik?

Mengingat Cak Imin adalah Menteri Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat, dalam konteks komunikasi publik Cak Imin perlu meninjau ulang dampak pernyataan-pernyataannya. Meskipun guyonan itu disampaikan dalam forum Internal PMII, sekali lagi Cak Imin harus belajar

menempatkan komunikasi yang tepat pada ruang publik, sehingga pernyataannya tidak memperkeruh kalangan publik. Ada yang menarik dari guyonan yang disampaikan Cak Imin, seola-olah HMI dilahirkan pada tataran elit saja.

Cak Imin lupa pada sejarah HMI atau mungkin Cak Imin tidak tahu menahu soal semangat lahirnya HMI atas dasar dua komitmen. Komitmen Kebangsaan dan Komitmen Keislaman. HMI tumbuh dari dua kondisi tersebut, sehingga Ayahanda Lafran Pane memiliki semangat dalam mewadahi mahasiswa untuk memperbaiki keadaan islam dan rasa cinta kepada tanah air atau dalam HMI menyebutnya Komitmen Kebangsaan dan Keislaman.

Sejak awal berdirinya HMI berangkat dari kesadaran dan kesederhanaan. Maka sangat keliru jika HMI tidak lahir atau tumbuh dari bawah, bahkan dari dasar paling bawalah kemudian HMI lahir.

Akhirnya, kita perlu menaruh harapan pada para tokoh bangsa hari ini, agar bijak dalam menyampaikan candaan politik atau pernyataan apapun yang membuat keadaan semakin runyam. Bangsa kita sekarang ini sudah tidak perlu lagi memperdebatkan perbedaan, sebaliknya kita harus menyatukan lewat perbedaan itu sendiri.

Dialog dan kolaborasi perlu didorong antar organisasi atau antar kalangan mahasiswa itu sendiri. Karena pada akhirnya, yang dipertnyakan masyarakat adalah kontribusi nyata. Bukan apakah kamu HMI atau PMII.

Penulis: Abdurrohman Wahid (Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Tegal)

Disclaimer: artikel ini adalah kiriman dari pembaca Harianjateng.com. Semua isi tulisan dan konten didalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.