Pantura Sayung: Air Laut Jadi Penghuni Tetap

0
23
Suasana banjir rob di Jalan Pantura Demak (Foto: Nandha Resavia).

Demak, Harianjateng.com – Sore itu, langit di atas Jalur Pantura Sayung Kabupaten Demak, berwarna kelabu. Bukan hanya karena awan, tetapi karena genangan yang terus bertahan seolah enggan pergi. Air yang dulunya datang dan pergi mengikuti pasang surut laut, kini tak kunjung surut. Jalan nasional yang seharusnya menjadi jalur cepat, kini menjelma menjadi kolam panjang yang menahan laju kendaraan dan harapan warga.

Dari hasil observasi pada Kamis, 19 Juni 2025, genangan rob terlihat menutupi jalan sejak pagi. Tidak ada tanda-tanda air surut, kondisi ini telah berlangsung sejak bulan lalu. Terlihat jalur arah Semarang motor-motor tampak goyah menembus genangan yang hampir menutup lubang knalpot motor.

Truk-truk berat melintas perlahan menciptakan gelombang kecil yang menghantam trotoar dan menyebrangi pembatas jalur. Dari arah bersebrangan pemotor berusaha keras menjaga kestabilan agar tidak terglincir oleh batu dari jalan kecil belum beraspal.

“Mesin gampang rusak, tapi kita harus lewat soalnya jalur paling cepat,” keluh Nayla (21) seorang mahasiswa dari Jepara yang berkuliah di Semarang.

Rob yang dulu musiman kini terasa menetap. Menurut warga, kondisi mulai memburuk sejak awal tahun. Selain karena pasang laut, penurunan muka tanah dan kerusakan tanggul ikut memperparah situasi. Beberapa rumah di sekitar jalan bahkan sudah ditinggalkan.

Tidak ada sirine peringatan, tidak ada petugas yang mengatur, hanya pak ogah yang membantu sebrangkan pengendara, air yang terus diam, dan manusia yang terus bergerak, mencoba berdamai dengan kenyataan baru.

Kini, Sayung tidak lagi bicara soal banjir rob yang datang dan pergi. Warga dan pengendara sedang belajar hidup dalam genangan yang tak kunjung surut di tengah jalan nasional yang perlahan kehilangan fungsi, dan laut yang seakan mengklaim Kembali tanah yang dulu sempat dipinjamkan.

Penulis: Nandha Resavia
Editor: Heri Susanto