
Demak, Harianjateng.com – Pemerintah membangun rumah apung di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, sebagai solusi bagi warga yang terdampak banjir rob. Program ini menjadi harapan baru bagi masyarakat pesisir yang sejak 2017 hidup dalam genangan air laut.
Pembangunan rumah apung ini bermula dari kekhawatiran akan hilangnya permukiman warga akibat banjir rob yang semakin parah. Air laut yang awalnya hanya naik sekitar 20 sentimeter kini tak lagi surut, bahkan ketinggiannya mencapai lebih dari 60 sentimeter. Genangan ini terus terjadi dan membuat warga hidup dalam ketidakpastian.
“Masyarakat sudah bertahun-tahun menyampaikan keluhan kepada pemerintah daerah,” ujar Parsudi, perwakilan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kabupaten Demak, 18 Juni 2025.
Ia menjelaskan, berdasarkan aspirasi warga, pemerintah menganggarkan relokasi bagi sekitar 160 kepala keluarga ke lokasi yang lebih aman dari rob. Namun karena sebagian warga enggan pindah, pemerintah menawarkan solusi alternatif berupa pembangunan rumah apung.
“Kami mencari cara agar warga tetap bisa tinggal di lingkungannya, namun dengan hunian yang aman. Maka muncullah inovasi rumah apung,” tambahnya.
Proyek rumah apung dimulai pada 2023 dengan pembangunan satu unit percontohan. Pemerintah menyalurkan dana sebesar Rp50 juta untuk pengadaan material, sementara proses pembangunan dilakukan secara swadaya dengan dukungan program CSR dari perusahaan. PT Nusantara Building Industries (NBI) juga turut membantu penyediaan komponen lantai, dinding, dan atap rumah apung.
“Awalnya masyarakat menolak konsep rumah apung dan lebih memilih rumah panggung. Namun setelah melihat rumah apung pertama rampung, kini banyak warga menantikan pembangunan selanjutnya,” ungkap Mas Dony, tokoh masyarakat setempat.
Pada 2025, proyek ini berkembang dengan melibatkan Yayasan SHEEP Indonesia dari Yogyakarta. Program pembangunan ditargetkan selesai menjelang Lebaran. Nama-nama penerima bantuan ditetapkan melalui surat keputusan bupati berdasarkan usulan dari desa.
Selain melibatkan pemerintah daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), proyek ini juga menggandeng sejumlah perguruan tinggi seperti UNIKA Soegijapranata, Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Demak, dan Universitas Palangkaraya untuk membantu dalam evaluasi teknis dan pengawasan lapangan.
Hingga kini, dua unit rumah apung telah dibangun di Desa Timbulsloko. Dinas Perkim secara rutin melakukan pemantauan terhadap ketahanan rumah saat kondisi pasang dan surut. Rumah apung dinilai cukup efektif sebagai hunian adaptif. Tahun ini, pemerintah mengusulkan pembangunan sepuluh unit tambahan.
“Banjir rob ini bencana yang tidak pandang bulu. Solusi yang kami tawarkan meliputi rumah apung, rumah amfibi, dan relokasi. Semua disesuaikan dengan kesiapan dan kondisi sosial masyarakat,” tambah Parsudi
Pemerintah berharap, rumah apung tidak hanya menjadi solusi jangka panjang bagi warga terdampak rob, tetapi juga dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata air. Untuk itu, diperlukan dukungan lintas sektor, termasuk perencanaan tata ruang yang matang dan kerja sama dengan lembaga donor. Peran aktif pemerintah desa dan masyarakat menjadi kunci agar program hunian adaptif ini dapat berjalan berkelanjutan.
Penulis: Donna Apriliachani Purdianingtias
Editor: Heri Susanto