Distingsi Keilmuan Collaboration of Science Perspektif Hamidulloh Ibda

0
145
Buku berjudul "MEMBANGUN PARADIGMA KEILMUAN KETUPAT ILMU: Integrasi-Kolaborasi: Collaboration Of Science, Takatuful Ulum, Kolaborasi Ilmu INISNU-UNISNU Temanggung" karya Hamidulloh Ibda

Oleh Ahmad Nur Hidayat Putra

Mahasiswa Progam Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan INISNU Temanggung

PENDAHULUAN

Di dunia akademik dan ilmu pengetahuan, paradigma keilmuan adalah cara pandang atau kerangka berpikir yang mendasari setiap kajian ilmiah. Setiap disiplin ilmu memiliki paradigma yang membentuk metodologi, teori, dan perspektif terhadap fenomena yang dikaji. Buku MEMBANGUN PARADIGMA KEILMUAN KETUPAT ILMU: Integrasi-Kolaborasi: Collaboration Of Science, Takatuful Ulum, Kolaborasi Ilmu INISNU-UNISNU Temanggung berusaha menawarkan sebuah gagasan baru mengenai pentingnya meredefinisi dan membangun paradigma keilmuan yang lebih inklusif, holistik, dan relevan dengan perkembangan zaman.

Buku ini mengangkat konsep “ketupat” sebagai metafora untuk menjelaskan keragaman, keterhubungan, dan keseimbangan antara berbagai elemen dalam ilmu pengetahuan. Dalam konteks ini, ketupat tidak hanya dipahami sebagai simbol budaya, tetapi juga sebagai representasi dari bentuk pendekatan baru dalam ilmu yang mengedepankan keberagaman dan integrasi disiplin ilmu.

Dalam ulasan ini, penulis akan mengulas secara mendalam tentang gagasan utama buku, teori yang diusung, serta implikasinya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan saat ini.

KONSEP DASAR PERADIGMA KEILMUAN

Buku ini dimulai dengan penjelasan dasar tentang apa yang dimaksud dengan paradigma keilmuan. Penulis mengutip tokoh-tokoh penting dalam sejarah filsafat ilmu seperti Thomas Kuhn dan Imre Lakatos untuk menjelaskan bahwa paradigma keilmuan adalah kerangka teori dan metodologi yang digunakan oleh komunitas ilmiah dalam suatu periode tertentu.

Buku ini menekankan pentingnya fleksibilitas dalam mengadopsi paradigma, karena ilmu pengetahuan selalu berkembang dan terbuka terhadap perubahan. Paradigma lama mungkin perlu diganti dengan yang baru seiring dengan temuan-temuan baru dalam berbagai disiplin ilmu.

Kritik dan Ulasan:
Penjelasan yang disampaikan dalam bab ini sangat informatif, namun pembaca yang baru mengenal konsep paradigma keilmuan mungkin akan merasa kesulitan pada bagian referensi teori besar yang disebutkan. Penulis sebaiknya memberi lebih banyak penjelasan tentang bagaimana konsep-konsep ini diterjemahkan dalam praktik.

KETUPAT ILMU: SEBUAH METAFORA

Salah satu bagian menarik dalam buku ini adalah ketika penulis memperkenalkan metafora ketupat sebagai simbol untuk menggambarkan paradigma keilmuan yang baru. Ketupat, dengan bentuknya yang terdiri dari empat sisi yang terhubung secara seimbang, digunakan untuk menggambarkan empat elemen penting dalam keilmuan: disiplin, metode, objek kajian, dan tujuan ilmu.

Penulis menegaskan bahwa ketupat merupakan representasi dari keberagaman disiplin ilmu yang perlu saling terhubung dan mendukung satu sama lain, bukan terfragmentasi atau terisolasi. Setiap disiplin ilmu memiliki tujuan untuk saling berkontribusi dalam memahami dunia dan masyarakat. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan tidak seharusnya terkotak-kotak, melainkan harus saling bersinergi untuk membangun pemahaman yang lebih holistik.

 

Kritik dan Ulasan:
Metafora ketupat memberikan gambaran visual yang kuat dan menarik, tetapi ada kekhawatiran bahwa penulis terlalu mengedepankan simbolisme tanpa menyertakan contoh konkret bagaimana paradigma ketupat dapat diterapkan dalam praktik ilmu pengetahuan. Akan lebih baik jika penulis memberikan lebih banyak contoh konkret tentang bagaimana pengintegrasian berbagai disiplin ilmu dapat menghasilkan solusi yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah kompleks.

PENDEKATAN MULTIDISIPLINER DAN TRANSDISIPLINER

Bab ketiga mengangkat tema pendekatan multidisipliner dan transdisipliner dalam ilmu pengetahuan. Penulis berpendapat bahwa keilmuan modern harus mampu mengadopsi pendekatan yang tidak terikat pada batasan-batasan disiplin ilmu tradisional. Pendekatan ini memungkinkan kolaborasi antar disiplin yang berbeda untuk menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena yang ada.

Kritik dan Ulasan:
Sangat menarik bagaimana penulis mengangkat isu multidisipliner dan transdisipliner sebagai landasan untuk membangun paradigma keilmuan yang lebih inklusif. Namun, penulis seharusnya juga membahas tantangan praktis dalam menerapkan pendekatan ini di dunia akademik yang masih kerap terjebak dalam silo disiplin ilmu. Selain itu, buku ini bisa lebih menggali bagaimana sistem pendidikan dan lembaga riset dapat mendukung pendekatan tersebut.

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM ILMU PENGETAHUAN

Pada bab ini, penulis membahas peran etika dalam dunia keilmuan. Dalam paradigma ketupat, pengetahuan tidak hanya dihasilkan untuk kepentingan teknis atau akademis, tetapi juga harus mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan. Ilmu pengetahuan, menurut penulis, harus diimbangi dengan rasa tanggung jawab sosial yang besar.

Penulis mengajak pembaca untuk berpikir kritis tentang bagaimana ilmu pengetahuan digunakan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, seperti dalam kebijakan publik atau penelitian yang berhubungan dengan lingkungan.

Kritik dan Ulasan:

Aspek etika yang dibahas dalam buku ini sangat relevan, terutama di era di mana dampak teknologi dan riset ilmiah sangat besar terhadap masyarakat. Penulis memberikan wawasan yang mendalam, namun akan lebih baik jika bab ini juga dilengkapi dengan studi kasus atau contoh konkrit dari dampak positif dan negatif dari pengembangan ilmu pengetahuan.

 

MEMBANGUN SINERGI: ILMU DAN MASYARAKAT

 

Bab kelima membahas bagaimana ilmu pengetahuan seharusnya dibangun bersama masyarakat. Buku ini menyatakan bahwa ilmu tidak bisa berkembang dalam ruang yang terpisah dari masyarakat, tetapi harus berkontribusi untuk memecahkan masalah sosial yang nyata. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan harus relevan dengan kebutuhan sosial dan budaya.

Kritik dan Ulasan:
Penulis berhasil menekankan pentingnya hubungan antara ilmu pengetahuan dan masyarakat. Akan tetapi, buku ini dapat lebih mendalami bagaimana menciptakan sinergi antara akademia, pemerintah, dan masyarakat, serta tantangan dalam merealisasikan teori ini dalam praktik.

SIMPULAN DAN TANTANGAN KE DEPAN

Di akhir buku, penulis menyimpulkan bahwa paradigma ketupat adalah langkah penting dalam membangun keilmuan yang lebih terbuka, integratif, dan bermanfaat bagi masyarakat. Namun, untuk merealisasikan paradigma ini, diperlukan perubahan besar dalam cara berpikir, serta kebijakan dan pendekatan yang mendukung kolaborasi lintas disiplin.

Penulis juga menekankan bahwa meskipun tantangan besar ada di depan, terutama dalam hal perubahan struktur institusional dan budaya akademik, namun perubahan ini sangat mungkin terjadi jika setiap elemen dalam dunia keilmuan dapat bersinergi.

Kritik dan Ulasan:
Kesimpulan yang disampaikan cukup kuat, namun penulis tidak membahas secara rinci bagaimana langkah-langkah praktis yang dapat diambil untuk mengatasi tantangan dalam membangun paradigma ketupat ini.

PENUTUP

Buku “Membangun Paradigma Keilmuan: Ketupat Ilmu” menawarkan perspektif baru mengenai bagaimana ilmu pengetahuan harus berkembang. Dengan menggunakan metafora ketupat, penulis menyarankan agar ilmu pengetahuan tidak terpisah-pisah, melainkan saling terhubung dan bersinergi. Meskipun buku ini memberikan wawasan yang sangat berharga, masih ada ruang untuk memperkaya dengan contoh aplikasi nyata dan solusi praktis dalam implementasi paradigma ini.

Buku ini sangat relevan untuk dibaca oleh mahasiswa, akademisi, peneliti, serta siapa saja yang tertarik dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan yang lebih holistik dan inklusif.

DAFTAR PUSTAKA

  • Ibda, Hamidulloh. MEMBANGUN PARADIGMA KEILMUAN KETUPAT ILMU: Integrasi-Kolaborasi: Collaboration Of Science, Takatuful Ulum, Kolaborasi Ilmu INISNU-UNISNU Temanggung. Temanggung: YATINU, 2023.
  • Kuhn, Thomas S. The Structure of Scientific Revolutions. University of Chicago Press, 1962.
  • Gibbons, Michael, et al. The New Production of Knowledge: The Dynamics of Science and Research in Contemporary Societies. Sage, 1994.
  • Latour, Bruno & Woolgar, Steve. Science in Action: How to Follow Scientists and Engineers through Society. Harvard University Press, 1987.