Dari Meja ke Tanah: Bagaimana Nasi Basi Membantu Pertanian Berkelanjutan

0
71

Harianjateng.com – Di tengah upaya global untuk mengurangi limbah dan meningkatkan keberlanjutan, sebuah inovasi lokal di komunitas kita menunjukkan bagaimana limbah sehari-hari dapat diubah menjadi sesuatu yang sangat berharga. Di Desa Gentanbanaran, sebuah kelompok petani dan ahli pertanian telah memulai proyek menarik yang mengubah nasi basi menjadi pupuk organik cair yang efektif.

Setiap hari, ribuan ton nasi basi dihasilkan dari dapur-dapur rumah tangga, rumah makan, dan acara-acara besar. Alih-alih membuang nasi basi ini ke tempat sampah, warga desa kini memanfaatkannya untuk menciptakan pupuk organik cair yang bermanfaat bagi tanah mereka. Proses ini tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga memberikan solusi ramah lingkungan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Oleh karena itu, mahasiswa TIM II KKN Universitas Diponegoro S1 program studi Teknik Lingkungan bernama Qifa berinisiatif untuk melakukan Sosialisasi dan Demo kepada warga Desa Gentanbanaran untuk Pembuatan POC berbahan dasar Nasi Basi.

Pembuatan pupuk organik cair dari nasi basi dimulai dengan pengumpulan nasi basi yang telah didiamkan selama beberapa hari. Nasi basi ini kemudian difermentasi dalam wadah khusus bersama dengan bahan tambahan seperti gula merah dan air. Fermentasi ini memanfaatkan mikroorganisme alami untuk mengubah nasi basi menjadi pupuk cair yang kaya nutrisi.

Dalam proses fermentasi, nasi basi diolah selama beberapa minggu hingga menghasilkan pupuk cair yang memiliki kandungan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Hasil akhir adalah pupuk organik cair yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman.

Para petani di Desa Gentanbanaran melaporkan peningkatan hasil panen setelah menggunakan pupuk organik cair ini. Selain itu, penggunaan pupuk organik ini mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, yang sering kali mahal dan dapat merusak tanah dalam jangka panjang. Pupuk organik cair dari nasi basi juga membantu meningkatkan kesehatan tanah, meningkatkan kapasitas retensi air, dan mendukung ekosistem mikroba yang bermanfaat.

Inovasi ini tidak hanya menguntungkan petani tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru. Proyek ini telah membuka lapangan kerja baru dalam pengumpulan dan pemrosesan nasi basi serta distribusi pupuk. Selain itu, proyek ini meningkatkan kesadaran komunitas tentang pentingnya pengelolaan limbah dan pertanian berkelanjutan.

Melalui inovasi sederhana ini menunjukkan bahwa solusi untuk masalah lingkungan dan pertanian tidak selalu memerlukan teknologi canggih. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara bijak, kita bisa menciptakan perubahan positif yang berdampak luas. Dari nasi basi yang dianggap limbah, kini lahir sebuah pupuk organik cair yang memperkaya tanah dan masa depan pertanian desa. Ini adalah contoh nyata bagaimana kreativitas dan keberlanjutan dapat bergabung untuk menghasilkan manfaat yang luar biasa bagi komunitas.

Penulis : Tsaqifa Adlina Minfadlika Failusuf (21080121140192) S1 Teknik Lingkungan 2021, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Dosen Pembimbing : Priyo Sasmoko, S.T., M.Eng.
Lokasi : Desa Gentanbanaran, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen