PGMI UIN Salatiga Ajak Mahasiswa dan Guru Publikasikan Karya Ilmiah

0
252
Foto bersama pelatihan penulisan artikel jurnal bereputasi PGMI FTIK UIN Salatiga

Salatiga, Harianjateng.com – Bertempat di Auditorium Lt.3 Gd. K.H. Ahmad Dahlan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Salatiga, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) FTIK UIN Salatiga menggelar kegiatan Pelatihan Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah Bereputasi pada Rabu (3/7/2024) dari pukul 08.00 – 15.00 WIB.

Narasumber kegiatan tersebut adalah dosen PGMI FTK INISNU Temanggung Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd, dengan moderator Peneliti Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA) Ahmad Alfan Rizka Al-Hamami, M.Hum.

Dalam laporannya, Ketua Prodi PGMI FTIK UIN Salatiga Dr. Peni Susapti menegaskan bahwa kegiatan itu diikuti oleh dosen, mahasiswa, HMPS, dan guru MI/SD di wilayah Salatiga dan sekitarnya untuk menguatkan kapasitas kemampuan menulis artikel jurnal ilmiah bereputasi.

Dalam sambutannya, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan. Prof. Dr. Rasimin, S.PdI., M.Pd., menegaskan bahwa pendidik baik dosen dan guru wajib menulis karya ilmiah karena menjadi syarat kenaikan karir.

Era saat ini, katanya, adalah era keterbukaan. “Sebagai pendidik harus mempublikasikan karya ilmiah, sekecil apapun harus dipublikasikan untuk publik sebagai bentuk peningkatan karir,” katanya yang mewakili Dekan.

Pihaknya juga menyampaikan saat ini banyak tools digital yaitu AI sangat membantu untuk penulisan artikel ilmiah dengan strategi, teknik, dan etika yang harus diperhatikan.

“Prinsipnya ada orang yang menulis artikel ilmiah itu susah. Tapi jangan seperti itu, kita harus bangun dari mimpi dengan memulai menulis,” ajaknya.

Dalam pelatihan itu, sesi terbagi atas dua yaitu penyampaian materi dan sesi praktik penulisan. Dalam penyampaian materinya, Dr. Hamidulloh Ibda yang juga reviewer pada 20 jurnal internasional bereputasi menyampaikan banyak poin penting. “Bagi saya, menulis artikel di jurnal bereputasi itu harus tahu jurnal sasaran dulu. Dari itu kita tahu author guidelines, ruang lingkup, subject area, gaya selingkung, template, dan naskah-naskah yang sudah terbit di sana,” kata Ibda yang menjadi reviewer pada jurnal internasional bereputasi pada 14 negara tersebut.

Dalam kesempatan itu, doktor pendidikan dasar itu juga membedah struktur artikel jurnal bereputasi dan simulasi praktik AI. “Silakan gunakan tools AI, mau ChatGPT, Gemini, PopAI, Ratu AI, Skripsy, NelSenso, Writefull, Classgist, dan lainnya. Tapi itu semua hanya membantu bukan menuliskan dan membuatkan. Pasti ada plus dan minusnya,” lanjut dia.

AI itu tidak paham konteks, kata Ibda, juga tidak asli dan genuine. “Kalau saya silakan pakai, tapi harus bisa mempertanggungjawabkan secara akademik. Apalagi banyak editor jurnal tegas melarang artikel yang disubmit di sana dengan menggunakan AI. Selain itu, saat ini ada AI pendeteksi tulisan dari AI mana kita pakai. Nah ini AI di atas AI. Terpatahkan juga. Makanya saya jarang memakainya. Saran saya, sebelum menggunakan AI, kita harus cerdas dulu. Sebab, saat kita pasrah seratus persen, ya pasti kacau karena AI itu tidak paham konteks dan kita jangan terjebak hanya pada kemewahan teknologi karena mereka juga saya maknai hanya alat,” lanjut dia.

Ibda juga memaparkan teori yang dikembangkan dalam menulis artikel ilmiah yaitu teori DADIAPIC. Menurut Ibda, Da itu adalah Data yang isinya masalah akademik. Di adalah dialog yang berisi phenomenon gap/teori gap/literature gap. A adalah analysis yang berisi analisis kebaruan. P adalah purpose berisi tujuan/pertanyaan riset dan C adalah
conclusion atau simpulan akhir dari urgensi riset.

Setelah sesi pemaparan materi dan diskusi, kegiatan dilanjutkan sesi praktik dan simulasi penulisan artikel ilmiah bereputasi. Beberapa peserta mempresentasikan draft naskahnya untuk dikaji dan direview agar semakin baik dan siap disubmit di jurnal internasional bereputasi. (*)