Dikeluarkan Kemenag, Inilah Konsep Dasar Kurikulum berbasis Cinta

0
31
Dikeluarkan Kemenag, Inilah Konsep Dasar Kurikulum berbasis Cinta

Temanggung, Harianjateng.com – Konsep pendidikan di madrasah memasuki babak baru dengan hadirnya Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Diklat online yang diselenggarakan gurumengajar.id pada 1–2 Oktober 2025 menghadirkan Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., dosen PGMI INISNU Temanggung, serta Syabarruddin, M.Pd., guru madrasah berprestasi tingkat nasional, untuk mendalami pendekatan ini yang dimoderatori oleh Siti Mardiati Yuni Eka Wulandari, M.Pd.

 

Kurikulum Berbasis Cinta lahir dari kebutuhan akan sistem pendidikan yang tidak hanya menekankan aspek kognitif, tetapi juga mengintegrasikan dimensi emosional, sosial, dan spiritual. Menurut Dr. Hamidulloh Ibda, KBC berlandaskan regulasi Kementerian Agama RI dan masih dalam tahap sosialisasi, namun digadang mampu menjawab tantangan krisis moral dan defisit cinta di era modern.

 

“Cinta tidak cukup dijelaskan, tetapi harus dirasakan dan dihidupkan dalam pengalaman belajar,” tegas Ibda, mengutip pandangan Master Training TOF KBC, Ustaz Irfan Amali. Oleh karena itu, KBC menempatkan cinta sebagai prinsip dasar dalam kurikulum, mulai dari cinta kepada Allah, ilmu, lingkungan, diri sendiri, hingga sesama manusia.

 

Kurikulum ini dibangun atas sejumlah fondasi penting: UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Nomor 6077 Tahun 2025, serta berbagai surat edaran Dirjen Pendidikan Islam terkait implementasi KBC. Tujuan akhirnya adalah melahirkan insan humanis, nasionalis, naturalis, dan toleran, dengan madrasah sebagai pusat pembelajaran ramah anak, ramah lingkungan, dan mendukung kesejahteraan mental serta spiritual peserta didik.

 

Materi KBC merangkum beragam perspektif cinta, mulai dari filsafat klasik Plato dan Aristoteles, teori psikologi Robert Sternberg, hingga pandangan sufistik Syekh Nawawi al-Bantani yang membedakan cinta sejati dari hawa nafsu. Konsep ini juga diperkuat teori pendidikan humanistik Carl Rogers, teori belajar sosial Albert Bandura, serta teori kecerdasan emosional Daniel Goleman.

 

Kurikulum ini menekankan metode pembelajaran berbasis pengalaman, pembelajaran mendalam (deep learning), komunikasi terbuka, dan evaluasi berbasis proses. Penerapan KBC dituangkan dalam program intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, hingga pembiasaan budaya madrasah. Misalnya, murid dilatih hemat air melalui praktik wudu ala Rasulullah, refleksi cinta lingkungan lewat outing ke alam, hingga latihan hadrah yang menanamkan nilai syukur, tawakal, dan cinta sesama.

 

Dalam konteks nasional, KBC diproyeksikan sebagai bagian dari upaya menyongsong Indonesia Emas 2045. Implementasinya dirancang bertahap: mulai dari penyusunan, pilot project, sosialisasi, hingga pelaksanaan penuh pada tahun ajaran 2025/2026 dan seterusnya. “Kurikulum ini bukan hanya konsep, melainkan kerangka transformatif untuk melahirkan generasi penuh kasih dan peduli,” ujar Ibda.

Acara ini juga disiarkan langsung melalui akun Youtube Guru Mengajar Id dengan judul Diklat Online Kurikulum berbasis Cinta. ()

Diklat ini memberi gambaran bahwa pendidikan masa depan di madrasah tidak lagi sekadar soal transfer ilmu, melainkan penanaman nilai universal cinta sebagai bekal membangun peradaban bangsa.