Tegal, Harianjateng.com- Hampir lebih dari satu tahun kelompok seni budaya Kuntulan Madusari Pecabean Pangkah Tegal mengalami kefakuman. Kondisi ini disebabkan karena kurangnya dukungan dari komunitas dan stakeholder untuk menggiatkan dan mendampingi.
Ketua Tim Pengabdi Unsoed, Musmuallim menyampaikan, melihat hal tersebut ia beserta dengan tim melakukan pendampingan terhadap kelompok Kuntulan Madusari karena fakum kegiatan.
Menurut Musmuallim, Madusari memiliki pengalaman maju di masa lalu, sehingga potensial untuk bisa berkembang dalam merawat dan mewarnai geliat seni budaya daerah.
“Kelompok Madusari cukup potensial dikembangkan untuk merawat seni budaya daerah mengisi ruang hiburan rakyat,” terangnya Dosen MKWK Program Studi Teknologi Pangan Unsoed itu, Sabtu (9/8/2025).
Ketua Paguyuban Kuntulan Sangaji Tegal, Diana Wanti menjelaska, bahwa gerakan Kuntulan terdapat delapan jurus atau lebih dikenal dengan pasal, yaitu 1 Ashshalatu ala Nabi, 2 Shallu Rabbuna, 3 Ya Hu Allah, 4 Allah Ya Maula, 5 Kullu Syailillah, 6 Hadza Ladhihi, dan 7 Shalatun wa Taslimun.
“Semua jurus yang dipraktikkan oleh anggota Madusari sudah sesuai, tinggal dipoles dan dimantapkan gerakannya,” jelas Diana Wanti.
Sementara itu, qnggota paguyuban, Wahyu Adi Primanto memberikan gambaran ke depan group Kuntulan dapat menjadi hak paten daerah sebagai aset atau warisan budaya bukan benda.
“Ke depan perlu diusulkan Kuntulan Tegal sebagai kekayaan paten daerah yang menjadi aset atau warisan bukan benda yang dilestarikan,” kata Wahyu Adi yang juga sebagai ketua pegiat literasi SMA Negeri 1 Kramat tersebut.
Red-HJ99/MMA