Bupati Kendal Minta Tradisi Syawalan Kaliwungu Terus Dijaga

0
34

Kendal, Harianjateng.com – Bupati Kendal, Hj. Dyah Kartika Permanasari membuka acara Tradisi Syawalan Kaliwungu di Makam Kiai Guru Asy’ari, Sabtu (5/4/2025).

Acara ini juga dihadiri oleh para tokoh agama tokoh masyarakat, para pimpinnan pondok pesantren di Kaliwungu, serta diikuti oleh ribuan masyarakat umum yang berziarah.

Dalam acara tersebut Bupati Kendal beserta dengan para tokoh agama, serta masyarakat umum lainnya bersama-sama berdoa dengan membaca tahlil untuk almarhum para ulama dan leluhur terdahulu.

KH. Sholahudin Humaidullah, Pengasuh Pondok Pesantren Apik Kaliwungu menyampaikan,
Syawalan ini telah menjadi tradisi turun-temurun, ternyata tidak hanya sekadar menjadi ajang silaturahmi bagi warga, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan terhadap ulama besar yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Kaliwungu.

Ia juga mengungkapkan, peringatan ini telah dilaksanakan secara rutin untuk mengenang jasa-jasa almarhum Kiai Guru Asy’ari, serta untuk meneladani nilai-nilai luhur yang telah ajarkan.

“Tradisi Syawalan ini bukan hanya sekedar mengenang, melainkan juga untuk menanamkan nilai-nilai keteladanan kepada generasi mendatang, agar mereka menjadi generasi yang kuat dalam menghadapi tantangan jaman,” tambah KH. Sholahudin.

Sementara dalam sambutannya, Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari menyampaikan, bahwa tradisi syawalan merupakan tradisi yang sangat baik, karena sebagai pengingat atas jasa-jasa perjuangan dari leluhur dalam menyebarkan ajaran Islam di Wilayah Kaliwungu dan Kendal pada umumnya.

“Kiai Guru Asy’ari adalah pribadi yang sederhana dan kharismatik. Beliau adalah pendiri Masjid Agung Kaliwungu, hingga saat ini terus menjadi simbol perjuangan dakwah,” kata Bupati Kendal.

Menurut Bupati Dyah Kartika, perjuangan dakwah dari para ulama pendahulu patut diteladani, sehingga memalui tradisi ini terus terjaga demi mempererat hubungan antara masyarakat dan umaroh dengan para ulama tetap terjaga dengan baik.

Pihaknya juga berpesan agar masyarakat senantiasa menghormati para ulama yang masih hidup, dan bisa mengambil ilmu yang diberikan, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tradisi Syawalan ini tidak hanya mengenang KH. Asy’ari, namun dalam momen ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat peziarah untuk mendoakan para, seperti Sunan Katong, Wali Musyafa, Wali Rukyat, Kiai Mojo, dan lain sebagainya.

Red-HJ99/HR