Harianjateng.com, Temanggung, 10 Agustus 2024 — Muhammad Arfiandi, mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) yang tergabung dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim 2, telah melaksanakan proker monodisiplin berupa pembuatan booklet yang mengangkat kesenian lokal di Desa Tegalrejo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung. Booklet tersebut berfokus pada dua kesenian tradisional yang berkembang di desa tersebut, yaitu Kesenian Turonggo Setyo Budi yang berasal dari Dusun Krasak dan Kesenian Turonggo Wadyo Manunggal dari Dusun Tejolopo.
Acara penyerahan booklet dilakukan pada 10 Agustus 2024, dengan Muhammad Arfiandi menyerahkan langsung hasil karyanya kepada Kepala Desa Tegalrejo, Bapak Agus Nuryanto. Booklet ini diharapkan dapat menjadi dokumentasi berharga serta media promosi untuk memperkenalkan kekayaan budaya Desa Tegalrejo kepada masyarakat luas.
Kesenian Turonggo Setyo Budi dan Turonggo Wadyo Manunggal merupakan bagian dari tradisi kuda lumping yang memiliki nilai budaya dan sejarah penting bagi masyarakat setempat. Dalam booklet ini, dijelaskan mengenai sejarah, makna, serta berbagai aktivitas dan pertunjukan yang dilakukan oleh kedua kelompok kesenian tersebut.
Pak Agus Nuryanto mengungkapkan apresiasinya terhadap inisiatif Muhammad Arfiandi dan berharap booklet ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk melestarikan kebudayaan lokal. Selain itu, beliau juga menyatakan bahwa booklet ini akan didistribusikan ke berbagai pihak terkait dan diupayakan untuk dipromosikan di acara-acara kebudayaan di luar desa.
Dengan selesainya proker monodisiplin ini, Muhammad Arfiandi berharap agar masyarakat Desa Tegalrejo semakin mencintai dan melestarikan kesenian mereka, serta mendapatkan perhatian lebih dari pihak luar, baik pemerintah maupun wisatawan, sehingga kesenian ini dapat terus berkembang dan lestari.
KKN Tim 2 UNDIP sendiri berfokus pada berbagai program pemberdayaan masyarakat di Desa Tegalrejo, dengan tujuan membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan serta mempertahankan kekayaan budaya dan tradisi yang ada.
Penulis: Muhammad Arfiandi, Mahasiswa Sastra Indonesia UNDIP